Seni Rupa Terapan Zaman Logam

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pernakah kita menyadari bahwa di sekitar kita banyak sekali benda yang berkaitan dengan seni, khususnya seni rupa terapan ? Banyak sekali contoh karya seni rupa yang ada di sekitar kita. Pada dasarnya, seni rupa ada dua jenis, yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni adalah karya seni rupa yang dibuat hanya untuk dinikmati keindahannya. Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang selain dinikmati keindahannya sekaligus digunakan untuk melengkapi/ membantu kegiatan sehari- hari. Dalam makalah ini, kita akan membahas karya seni rupa terapan di zaman logam dan korelasinya terhadap kebudayaan yang ada di zaman sekarang.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu :
• Untuk mengetahui beberapa jenis seni rupa terapan.
• Untuk memahami sejarah zaman logam.
• Untuk mengetahui fungsi dari beberapa karya seni rupa terapan di zaman logam.
• Untuk mengetahui korelasi karya di zaman logam dengan zaman sekarang.
1.3 Manfaat
• Menambah wawasan jenis – jenis karya seni rupa terapan.
• Menambah pengetahuan siswa tentang sejarah zaman logam.
• Menambah perhatian dan kecintaan terhadap karya- karya seni rupa terapan.

BAB 2
ISI
2.1 Sejarah
Sejarah zaman logam dimulai pada saat manusia belum mengnal tulisan, tepatnya pada zaman logam yang memunculkan Budaya Perundagian atau budaya logam ( logam disini diartikan dengan perunggu, emas dan besi, karena di Indonesia tidak dilewati oleh kebudayaan tembaga) adalah jenis kebudayaan dari masyarakat pra-sejarah yang menggunakan logam dalam pembuatan benda-benda dan seni kriya logam untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Meski benda kriya logam yang dibuat tidak terlalu banyak karena pada saat itu belum terdapat alat dan bahan yang banyak, tetapi hasil karya yang dibuat pada zaman logam tersebut tidak kalah bagusnya dengan seni kriya yang ada pada masa sekarang yang modern karena seni kriya pada masa tersebut memiliki nilai artistik (seni) dan nilai sejarah yang sangat indah. Kebudayaan ini diperkirakan mulai berkembang sekitar 500 SM. Contoh peninggalan seni kriya logam pada zaman logam yang dapat kita temui antara lain kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, serta bejana.
2.2 Bentuk- Bentuk Karya
Karya Di Zaman Logam
1. Nekara

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Dari pernyataan tersebut, tentunya Anda bertanya mengapa nekara dianggap suci?
Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.
Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.
Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar.
Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.
Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping, disebut dengan Moko. Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin atau jujur.

Gambar . Nekara & Moko

Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia, tetapi ada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba, Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut.
Setelah pembahasan tentang kapak dan nekara, mudah-mudahan konsep pemahaman Anda tentang sejarah sebagai sebuah ilmu tentang waktu semakin jelas. Karena apa yang dihasilkan oleh masyarakat terus mengalami perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
2. Arca perunggu

Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.
Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.
Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

Gambar . Arca Perunggu.
3. Bejana Perunggu

Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.

Gambar . Bejana Perunggu dari Kerinci (Sumatera)
Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan penemuan bejana yang terbatas maka mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupan masyarakat prasejarah.
4. Perhiasan Perunggu

Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang).
Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor, Malang dan Bali.

Gambar . Aneka Ragam Perhiasan dari Perunggu.

Di samping perhiasan perunggu seperti yang Anda lihat pada gambar , juga terdapat perhiasan yang lain yang terbuat dari kaca yang disebut manik-manik.

5. Manik manik

Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.

Gambar . Manik-manik

Pada zaman logam di samping berkembang kebudayaan perunggu, juga terdapat alat-alat kehidupan yang terbuat dari besi, walaupun jumlahnya tidak banyak.
Jenis barang yang terbuat dari besi tersebut antara lain kapak, sabit, pisau, cangkul, pedang, tongkat dan tembilang.
Daerah penemuan benda tersebut antara lain Bogor, Wonosari, Ponorogo dan Besuki.
Selanjutnya agar Anda mudah memahami uraian materi kebudayaan zamanlogam maka simaklah ikhtisar kebudayaan logam pada tabel berikut ini:
Karya Di Zaman Sekarang
1. Seni Kerajinan Uang Kepeng
Seni merangkai uang logam dari Bali merupakan salah satu kekayaan seni budaya Nusantara yang sangat khas dan unik. Seni kerajinan uang logam tersebut mulai dari pembuatan uang kepeng sampai seni merangkai uang kepeng menjadi berbagai bentuk kerajinan telah berlangsung berabad-abad lamanya di Bali. Berikut gambarnya :

2. Seni Kerajinan Patung Buddha
Patung Buddha adalah seni kriya dari logam dengan bentuk dan motif yang menyerupai karya seni peninggalan jaman kerajaan Budha, seperti patung Ganesha, patung Budha dan berbagai bentuk patung lainnya. Berbagai barang kerajinan dari logam itu dipasarkan ke berbagai kota di tanah air serta sebagian lagi diekspor keluar Negeri. Berikut gambarnya :

3. Seni Kerajinan Pisau
Seni kerajinan pisau merupakan kerajinan yang paling banyak di geluti oleh masyarakat di daerah-daerah di Indonesia, dan setiap daerah memiliki ciri kerajinan pisau yang berbeda-beda dari bentuk, relief, ukiran bahan, bahkan cara pembuatannya. Berikut gambar dari kerajinan pisau :

4. Seni Kerajinan Vase Bunga
Seni kerajinan vase bunga merupakan kerajinan yang biasanya di buat dari kuningan atau tembaga dengan bentuk dan motif yang beragam dengan tingkat kesulitan bervariasi. Berikut gambar dari kerajinan vase bunga :

2.3 Korelasi Karya
Pada zaman logam, berbagai jenis karya atau benda yang terbuat dari logam banyak digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Teknik pembuatan karya seni logam pada zaman dahulu masih dapat ditemui di beberapa daerah. Cara – cara manual masih dapat ditemui di beberapa tempat pembuatan benda – benda berbahan logam. Pada tempat yang sudah berskala besar, proses pembuatan awal banyak dilakukan dengan menggunakan mesin industri.
Menurut beberapa sumber, pada zaman dahulu untuk pembuatan karya logam menggunakan bantuan kekuatan magic. Di waktu sekarang pun, beberapa orang yang masih menganut kepercayaan budaya nenek moyang masih menggunakan cara itu.
Dari segi manusia atau pembuatnya, di zaman dahulu dalam proses pembuatan karya seni rupa terapan manusia masih berpengaruh besar terhadap hasil karyanya. Sedangkan di waktu sekarang, sedikit banyak teknologi yang ada sudah berpengaruh terhadap hasil karya seni rupa yang dihasilkan.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia pada zaman logam itu sudah tergolong berkembang karena manusia pada zaman ini sudah mampu memproduksi karya seni rupa terapan, terlebih menggunakannya dalam kehidupan sehari – hari. Dari segi teknik, para seniman pembuat karya seni terapan masih menggunakan teknik seperti di zaman logam, hanya saja lebih menyempurnakan teknik sehingga menghasilkan karya seni rupa terapan yang lebih baik.

KETHOPRAK

TUGAS KELOMPOK “ KETHOPRAK “
Nama Anggota : Diki Zainal ( 9 )
Harun Arashid ( 15 )
Kelas : X OA

2755879656_a57b8ffdd2

Kethoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa Tengah, ananging uga bisa tinemu ing Jawa Wetan. Kethoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa Tengah.
A. Asal- Usule
Kethoprak wiwit bebukané awujud dedolanan para priya ing dhusun sing lagi nganaaké lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari, kasebut Gejog. Ana ing tembé kaéring tembang bebarengan ing kampung /dhusun kanggo lelipur. Saterusé ana tambahan kendhang, terbang, lan suling. Mula wiwit saka iku kasebut Kethoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Banjur ana ing tahun 1909 wiwitan dianakaké pagelaran Kethoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran Kethoprak wiwitan sing resmi ing ngarepé masyarakat/umum, yaiku Kethoprak Wreksotomo, dipandhegani dening Ki Wisangkoro, sing mandhegani kabeh kakung. Carita sing dipagelarake yaiku : Warsa – Warsi, Kendana Gendini, Darma – Darmi, lan sapanunggalane.
Sawise iku pagelaran Kethoprak sansaya suwe dadi lan apike uga dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sawise Pagelaran Kethoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan.
B. Jenise Kethoprak
Anane gegayutan karo pagelaran “teater” para narapraja, mula pagelaran Kethoprak, bisa dibedakake mengkene :
1. Kothékan Lesung : awujud awal mulané Kethoprak lan dadi winih ing tembé mburi dadi pagelaran Kethoprak.
2. Kethoprak Lesung Wiwitan : wiwitane saka kothekan Lesung ana tari-tarian lan jangkep karo carita , panguripané para tani .
3. Kethoprak Lesung : Amujudaké pagelaran jangkep lan nganggo carita rakyat kaering gamelan kayata kendhang, suling, terbang lan lesung. Iki sing bakal dadi laire pagelaran Kethoprak.
4. Kethoprak Gamelan : Wiwitan saka Kethoprak Lesung, dijangkepi karo carita Panji lan ageman ‘mesiran’ ( Baghdad ).
5. Kethoprak Gamelan Pendhopo : carita-caritane ngemungake carita Babad, dipagelarake nganti seprené . Pagelaranne ana ing panggung tanpa payon, nanging wis nyedhaki ana ing Gedhung/panggung , yaiku kasebut Kethoprak Pendapa ( Pagelarane ana ing ‘Pendopo’).
6. Kethoprak Panggung : Iki pagelaran Kethoprak ingkang pungkasan , yaiku Kethoprak kang dipagelarake ana ing panggung kanthi carita campur, awujud carita rakyat, sejarah, babad uga carita adaptasi saka ing nagari manca ([[Sampek Eng Tay’’, Maling saka Bagdad lan sapanunggalane ).
Saiki bisa dipirsani Kethoprak Panggung ana ing tlatah Jawa Tengah lan Jawa Timur. Pagelarane dadi profesional kanthi amungut bayaran karcis , uga kanggone para nayaga (pemain ) lan pradangga (penabuh gamelan ) kethoprak wis dadi panguripan. Tehnik pagelaran lan carita digawé luwih apik lan ditindakake kanthi teges lan tumemen. Tuladha mau bisa dipirsani ana ing Kethoprak “Siswo Budoyo” saking Tulung Agung, Jawa Wetan kang wis misuwur ana ing ngendi wae, dadi klangenane masyarakat.
C. Isi carita
Rupa-werna carita pagelaran Kethoprak umpama carita rakyat, dongeng, babad, legenda, sejarah lan adaptasi saka nagari manca bisa uga migunakake swasana Indonesia, tuladhane karya Shakespeare : Pangeran Hamlet utawa Sampek Eng Tay. Carita-carita baku: Darma-Darmi, Warsa-Warsi, Kendana-Gendini, Abdul Semararupi (crita Menak), Panji Asmarabangun, Klana Sewandana (crita Panji), Ande-ande lumut, Angling Darma, Roro Mendut, Damarwulan, Ranggalawe, Jaka bodo.
Carita klangenan masyarakat bisa awujud carita pahlawanan, paperangan, carita nglempengake kabecikan adate ing pungkasan carita sing tumindake becik, jujur bakal entuk kamenangan.
D. Busanane
Ageman para nayaga pemain dipadakake karo carita kang dipagélarake, . Biasane nganggo ageman para Narapraja Jawa wektu jaman kerajaan biyen. Umpama Pangeran Wiroguna, Agemane ngangga Priyayi Jawa Pangeran saka tlatah Jawa Tengah ( Jogjakarta ), Semono uga para prajurit. Nanging uga ana ageman kang awujud simbolis ,umpamane Piyantun Wicaksana aweni ageman cemeng , Piyantun suci awerni agemmn pethak, ingkang kendhel agemane abang. Carita Baghdad agemane kasebut “Mesiran” nganggo ageman sutra. Agemen Wayang wong uga ana gegayutan karo Kethoprak, utamane Kethoprak pesisran tlatah Jawa sisih pesisir Lor. Umpamane carita Angling Darma, Menak Jingga/Damarwulan.
Uga ana ageman kasebut basahan, yokuwi ageman kejawen ananging cinampur ing liyan bisa arupa ageman batik, lan beskap uga surban (biasane nganggo uga jubah). Ageman basahan iki adate ana ing carita Menak utawa carita para wali/para ulama Islam ing sajerone praja.
Sing dadi ciri wancine Kethoprak : Carita kanthi para nayaga/pemain , kaering tabuhan (gamelan) ,Ageman tembang kang dadi tetenger kethoprak . Rembugan uga biasa nganggo tembang ,dadi tembang bisa mujudake dadi pangiring adegan, dialog, monolog ( rerasan dewe) utawa dadi narasi.
Wondene unining gamelan kanggo ngeringi tembang, adegan, ilustrasi swasana carita, swasana dramatik, kang mbedakake adegan siji lan sijine.
E. Perangkat pengiring
Kendang, saron, ketuk, kenong, kempul lan gong bumbung utawa gong kemada. Gamelan jangkep adate nganggo suling utawa terbang. kanthi tambahankeprak.
Para nayaga kethoprak biasane pinter anggone “akting” uga kudu pinter nyanyi & nari .
Para pradangga gamelan, bebarengan karo sinden (waranggono),ngeringi irama gamelan kethoprak.
Senadyan sing dianggo basa Jawa, nanging kudu nganggo “unggah-ungguh” basa. bisa nganggo Jawa biasa (ngoko), basa krama, lan Krama inggil.
F. Kahanan kesenian kethoprak ing jaman saiki
Saiki, ana ing wolak waliking jaman, kethoprak uga duwe “improvisasi” kanthi wujud dagelan kethoprak. Umpamane awujud Dagelan lan Kethoprak Humor ana ing siaran Radio lan televisi. Carita bakune padha nanging dipagelarake kanthi dagelan. Mligi ngemungake lan nyenengake pamirsane. Bab paugeran nomer loro. Kethoprak mau biasane wis ora nganggo unggah ungguh basa lan tatakrama, sing baku bisa gawe geguyu. Carita lan basa ora nganggo paugeran baku. Mula bisa kasebut Kethoprak ora jangkep.

G. Nilai budaya ing kesenian kethoprak
a. Bisa kanggo nanemake nilai – nilai kang luhur maring para penontone.
b. Bisa kanggo nglestarekake lan nguri- uri budhaya jawa.
c. Bisa kanggo ngladhi karukunan, kekompakane sapa wae kang melu ana ing pagelaran kuwi, kayata kekompakane wiyagane, para pemaine, lan liya- liyane